Sampah
yang tidak terurus akan menyebabkan beragam masalah jika tidak ditangani dengan
baik, seperti masalah kesehatan maupun masalah keindagan lingkungan. Kini,
permasalahan sampah menjadi isu global. Sampah yang terus bertambah, membuat
sebagian orang berfikir dan melakukan aksi nyata bagaimana caranya mengatasi
sampah.
Sebagai
lembaga pendidikan, sekolah harus mampu membiasakan siswa menjaga lingkungan di
sekitar sekolah agar nyaman, bersih, dan indah. Peran serta warga sekolah
seperti kepala sekolah dan guru dalam memberi pengetahuan kepada siswa harus
dimulai dari usia dini.
Pembiasan
dan keteladanan yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah dalam menjaga
kebersihan akan memberikan dampak positif dan keterbiasaan siswa untuk menjaga
lingkungan.
“Ide
kreatif seperti pembiasaan dan keteladanan muncul dari guru pembimbing untuk
mensukseskan program ini, dan didukung oleh duta sampah, saya sangat
mengapresiasinya,” ungkap Supriyanti, S.Pd, kepala sekolah, Rabu, (19/2/2020).
“Bersih
dan sangat indah karena sampah sudah diolah sesuai dengan kondisi sampah masing
masing, yaitu organik dan non organik,” tambahnya.
Duta
sampah
Sebagai
sekolah yang menerapkan pendidikan lingkungan hidup, SDN 149/VIII Muara Tebo
Kabupaten Tebo mulai mengelola sampah di lingkungan sekolah. Pendidikan tentang
pengolahan sampah di mulai dengan pembentukan para duta, yang disebut duta
sampah.
“Salah
satunya adalah melalui duta adalah perwakilan dari beberapa siswa yang bisa
menjadi perpanjangan tangan untuk mensosialisasikan tentang sampah,” ujar Siti
Mariyani yang juga fasilitator daerah pembelajaran SD Program PINTAR Tanoto
Foundation Kabupaten Tebo.
Para
Duta memiliki kegiatan rutin yang dilakukan di luar jam sekolah, mereka
mendapatkan materi tentang sampah baik dari guru, stakeholder yang terkait
tentang lingkungan seperti dinas Lingkungan Hidup. Mulai dari pengenalan jenis
sampah, terutama yang ada di lingkungan sekolah, permasalahan yang ditimbulkan
dari sampah dan solusi dalam mengurangi sampah.
Pembiasaan
memilah sampah akan memberikan kemudahan dalam pengolahan sampah di sekolah.
Setelah sampah dipilah, selanjutnya sampah akan dikumpulkan sesuai jenisnya.
Disinilah peran duta dalam pengelolaan sampah sangat diperlukan, para duta
mengajak siswa lainnya untuk memanfaatkan sampah dengan menularkan pengetahuan
mereka dalam pengolahan sampah.
“Mereka
membagikan ilmu kepada teman-temannya. Sebagai contoh pemanfaatan sampah
organik untuk dijadikan kompos. Para duta yang telah mendapat pembinaan tentang
cara pembuatan kompos menularkan kembali ilmu mereka kepada yang lain,” kata
Mariyani.
Selain
itu, sekolah tersebut juga memanfaatkan sampah anorganik dapat digunakan
sebagai bahan kerajinan sehingga sampah yang semula tidak berguna menjadi
barang berguna dan bernilai. Dengan pemanfaatan ini sampah yang ada di
lingkungan sekolah menjadi berkurang.
Pemilahan
sampah nonorganik juga dapat menjadi pendapatan, ada beberapa sampah nonorganik
yang bisa dijual kembali ke pengepul untuk diolah kembali.
“Disinilah
peran bank sampah diperlukan, dengan adanya bank sampah akan membiasakan siswa
untuk berpikir bahwa sampah yang mereka pikir barang yang tidak berguna
ternyata bisa bernilai ekonomi,” tukas Mariyani.
Khaiza
Aulia dan Sisi Amelianda Putri yang bertugas sebagai duta sampah mengaku senang
dengan tugasnya menyadarkan teman-temannya untuk menjaga kebersihan dengan
tidak membuang sampah sembarangan.
“Senang,
bisa membantu menjaga kebersihan sekolah dengan mengajak teman-teman,” ujar
Khaiza.
Selain
itu, mereka juga diajarkan cara mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos
yang sangat dibutuhkan untuk kesuburan tanaman di taman dan kebun sekolah,
“Lingkungan kami lebih bersih dan indah,” ujar Sisi menimpali.
Manfaatkan
sampah untuk media pembelajaran
Kedisplinan
dalam pemilahan dan pengumpulan sampah memang harus di laksanakan secara rutin
sedari dini. Pemanfaatan sampah di ruang 3R memberi pengetahuan dan keahlian
bagi siswa untuk dapat berinovasi membuat karya dari sampah yang ada di lingkungan
sekolah.
Hasil
kriya anak dengan pemanfaatan sampah menjadi agenda rutin setiap kelas,
pembiasaan kriya dengan barang bekas menjadikan siswa menghargai barang bekas.
“Pemanfaatan
sampah bukan hanya sebagai kriya namun juga digunakan sebagai media pembelajaran.
Banyak alat peraga dibuat dari pemanfaatan sampah yang ada di lingkungan siswa,
sejalan dengan Program PINTAR Tanoto Foundation,” kata Mariyani.
Untuk
menjaga keasrian lingkungan dari sampah berupa botol plastik mineral, kaleng
cat, ban bekas, dan lainnya dapat digunakan oleh siswa untuk dijadikan tempat
tanaman (reuse).
Sumber : Tanoto
Foundation