Muara
Tebo, Disdikbud - Tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah
Nasional. Sejumlah guru di pelosok tanah air memanfaatkan momen tersebut dengan
mengajak siswa untuk peduli sampah.
Mengatasi masalah sampah di lingkungan tentu bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah, namun menjadi tugas bersama, termasuk membiasakan anak-anak peduli terhadap sampah. Mereka perlu dibiasakan dalam mengelola sampah di lingkungan terdekat mereka.
Seperti
yang dilakukan Siti Mariyani (40), guru sekolah dasar negeri 149/VIII Muara
Tebo Jambi dalam menerapkan pembelajaran lingkungan hidup di masa pandemi.
“Kegiatan
pembelajaran selama pandemi dibuat agar lebih bermakna dan menekankan pada
pendidikan kecakapan hidup yang diperlukan selama masa pandemi, seperti
mengelola sampah selama belajar dari rumah,” ujar Siti yang juga fasilitator
Tanoto Foundation.
Manfaatkan Sampah Rumah Tangga
Terkait
dengan kegiatan lingkungan hidup terutama pengolahan sampah, siswa diberikan
proyek atau kegiatan yang bisa memanfaatkan sampah yang ada di rumah.
Kegiatan
yang biasanya memanfaatkan sampah menjadi kompos dan karya kreasi lainnya
sedikit terhambat karena pandemi dikarenakan siswa hanya belajar dari rumah dan
interaksi yang sedikit.
Sedangkan
kegiatan pembuatan kompos dan karya kreasi lainnya memerlukan waktu yang lama
dan rumit untuk dilaksanakan di tengah pandemi saat ini.
Bagaimana
agar kegiatan yang mengajarkan siswa tetap peduli sampah dapat berjalan? Ibu
Siti mengajak siswa membuat proyek dengan memanfaatkan sampah sisa kulit buah.
“Selama
pandemi lebih banyak belajar dari rumah, sehingga praktik di sekolah menjadi
berkurang dan hampir tidak ada. Sampah yang dihasilkan hanya berupa sampah
organik dari tumbuhan sekitar rumah dan sampah rumah tangga,” katanya.
Kesadaran
siswa untuk menjaga lingkungan memang harus di ajarkan sedini mungkin, melalui
kegiatan-kegiatan nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Untuk
menumbuhkan karakter peduli lingkungan, langkah yang paling strategis adalah
melalui pendidikan.
Siti
meyakini sampah dapat merugikan bila tidak dikelola dengan baik, tetapi sampah
akan memiliki sisi manfaat yang baik bagi manusia jika dikelola dengan baik.
Maka diperlukan penanganan dan kesadaran untuk mengelolanya.
Oleh
karena itu siswa kelas VA SD Negeri 149/VIII Muara Tebo berusaha mengolah
sampah yang ada di lingkungan rumah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan berguna
bagi mereka.
“Siswa
mengumpulkan sampah kulit buah yang ada di lingkungan sekitar. Kegiatan pengeloaan
sampah dengan memanfaatkan kulit buah menjadi eco enzym.
“Pembuatan
Eco Enzyme yang sederhana dengan menggunakan bahan yang ada dirumah dapat
mereka lakukan tanpa bantuan orang
dewasa.
Langkah
pertama yang dilakukan Siti dalam pembuatan eco enzyme adalah memperkenalkan
kepada siswa, apa itu Eco Enzyme?, bahan-bahan yang digunakan dalam membuat eco
enzyme.
”Saya
juga tidak lupa menjelaskan manfaat dan kegunaannya dari eco enzyme terutama di
tengah pandemi,” ujarnya.
Untuk
menambah pengetahuan siswa, Siti meminta siswa membaca literatur tentang eco
enzyme yang akan dibagikan di grup WhatsApp.
Siswa
secara mempraktikkannya selama belajar dari rumah.
“Bisa
sendiri dan bisa juga dengan teman dekatnya yang ada di sekitar rumah,”
katanya.
Kemudian
setiap siswa memperlihatkan hasil praktiknya ke grup WhatsApp sekaligus
mengirimkan hasil laporan.
Manfaat Eco Enzyme
Eco
enzyme berguna menjaga kebersihan lingkungan. Eco enzyme juga memiliki segudang
manfaat, cairan ini bisa dimanfaatkan untuk bersih-bersih rumah sebagai
deterjen, pengusir hama, menyuburkan pertanian, dan lainnya.
“Setelah
selesai kegiatan telah dihasilkan beberapa botol eco enzyme yang akan di panen
3 bulan kedepan,” kata Siti.
Ibrahim
Rizal Gibran (10), mengaku banyak pengalaman seru yang terjadi selama pembuatan
eco enzyme yang berkesan bagi mereka, seperti saat mereka membuka tutup botol
yang mengeluarkan gas sehingga menyembur kencang, karena sebelumnya digoncang
atau karena tutup botol yang tidak rutin dibuka.
“Seru,
belajarnya asyik, bisa banyak tahu manfaat sampah, sehingga kita bisa lebih
peduli lagi terhadap keberadaan sampah,” ujarnya.
Beberapa
siswa mengatakan Eco enzyme yang dibuatnya mengeluarkan bau yang tidak enak.
“Mungkin
karena kesalahan proses pembuatan yang keliru, yang terpenting bagaimana siswa
berproses mengalami sendiri,” ujar Siti.
Fadhilah
Rasyidin Sambas (10), mengatakan setelah 3 bulan eco enzyme hasil buatannya
dapat digunakan untuk membersihkan lantai rumah dan kelas.
“Saya
tidak lagi membeli pembersih lantai, karena pembersih lantai sudah diganti
dengan eco enzyme,” ujarnya.
Kini
setelah memanfaatkan eco enzyme buatan sendiri, kamar dan rumah menjadi wangi
jeruk yang menyegarkan. Mereka juga memanfaatkannya untuk pembersih kaca
jendela sehingga menjadi bersih.
“Sisa
dari air pel dapat digunakan untuk menyiram bunga pengganti pupuk tanaman di
rumah sehingga menjadi subur,” pungkas Fadhilah.